Webinar Culture Kreativitas Berkomposisi dalam Masa Pandemi
Komposisi musik kreatif menurut Joko Winarko dalam mencipta suatu komposisi musik, kreatifitas digunakan sebagai dasar basik pemikiran. Dalam penciptaanya terlibat kreativitas / keinginan untuk memperbarui / mengembangkan / mengganti, karena manusia bersinggungan dengan lingkungan, dikembangkan lah musik tersebut sesuai dengan perkembangan/ kepekaan rasa. Menurut Joko Winarko selaku narasumber dalam seri webinar SMA Trimurti Surabaya, Manusia dituntut kreatif dan mandiri, bukan karena adanya protokoler – protokoler korona, tapi juga di dalam kehidupan sehari harinya. Pria kelahiran 26 Maret 1976 menjelaskan bahwa, dalam mengkomposisi musik kreatif, kita dapat mengasah kreatifitas kita dengan menggabungkan musik dengan pengetahuan tentang teknologi yang ada saat ini sehingga dapan memunculkan musik kreatif yang sifatnya orisinil dan membawa hasil yang tepat dan bermanfaat.
Beliau menjelaskan contoh komposisi musik kreatif yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mendukung perkembangan jaman dan kepekaan cuaca serta kebutuhan. Gamelan dengan bahan tahan cuaca yang dikembangkan oleh Jody Diamond, USA. Gamelan tersebut dibuat sesuai dengan kepekaan cuaca di Amerika. Contoh kedua adalah di Jogja terdapat alat musik mandiri yang disesuaikan dengan kebutuhan akan suara / audio, diciptakan Waterphone untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Waterphone digunakan untuk memunculkan efek/suara horror. Hal ini menjawab penjelasan terkait musik kreatif dengan memecahkan permasalahan yang ada dengan cara mandiri.
Dimasa masa pandemi ini, kita dapat mengembangkan kreatifitas, walaupun di musik itu sudah ada, setiap kali kita melahirkan/ menciptakan musik, kita melibatkan sebuah kreatifitas. Perkembangan musik yang dulu hanya bisa dilakukan pada gamelan, bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi. Industri 4.0 dapat menjembatani hal hal yang sekiranya sulit dilakukan tanpa bantuan alat musik fisik (gamelan). Kita dapat memindahkan notasi dari gending jawa, ke media elektronik. dilakukan dengan mentransformasi (Teori Transformasi) memindahkan media dengan bantuan aplikasi. Dan dengan teori Augmentasi, kita dapat memanfaatkan media yang telah ditransformasi, kita dapat rubah dan tambahkan notasi baru sesuai dengan kreatifitas kita dengan bantuan aplikasi. Terang beliau.
Akhir kata, sebagai penutup beliau memberikan pesan “Jangan malu belajar hal baru, karena kreatifitas memiliki hal yang orisinil dan tidak umum. Kreatifitas penting untuk kemandirian, bukan hanya untuk pandemi, tapi untuk kehidupan pribadi dan bermasyarakat.”
Penasaran dengan Webinar culture SMA Trimurti? Full webinar dapat dicek pada url berikut.