Waham

By : Felicia Angel (XI IPS 2)

“Xeann bangun !!”

Mama memanggil ku dari luar pintu, kudengar beliau membuka gangga pintu dan masuk kedalam kamar ku.

“Sayang ayo bangun.” Mama menghampiri ku yang tergeletak di atas ranjang, beliau mengusap pipi ku dan berkata lagi “dalam hitungan ke 5 kalau kamu ngga mau bangun pagi ini tidak ada waffle buat kamu ya.” Tiba-tiba mama mengancam sambil membuka tirai jendala agar aku mau bangun.

1

2

3

4

“aaaaaaaa mama iya aku bangun” aku merengut sambil turun dari atas ranjang dan masuk kedalam

kamar mandi.

 Drap

Drap

Drap

Aku menuruni tangga dengan berlari kecil.

Kak kio yang melihat ku berlari kecil pun menegur ku ketika aku sudah duduk di sampingnya. Dan mulailah omelan nya yang dapat membuat kuping ku pengang. “Pagi kakak Elo yang ganteng, daripada ngomel-ngomel di pagi yang cerah mending sisirin rambut icel, susah banget ini rambut Ann buat disisir in sendiri” ucap ku sambil mempout kan pipi karena kesal mendengar ocehannya.

“Jangan manja deh cel, kemarin siapa yang bilang katanya udah gede tapi sekarang ujung-ujungnya tetep minta disisirin” “Dasar manja!!” Xeon kembar ku mengomel tidak terima ketika kakaknya menyisiri adik nya.

“Husth berhenti adek kak, kalian ini pagi-pagi udah ribut aja” papa datang dari atas dan bergabung dengan kami begitu juga dengan mama yang baru saja keluar dari dapur. “Ayo makan dulu, ribut nya lanjut nanti lagi.” “Aye-aye captain” kami bertiga serentak menjawab perintah mama.

Aku bahagia kami, aku merasa cukup dengan keharmonisan yang ku rasakan dalam keluarga ku ini.

Tip

Satu kedipan. Satu kedipan tersebut membuat semua nya hilang, kehangatan yang ku rasakan seketika hilang, orang-orang dihadapan dan disampingku menjadi kosong. Mereka menghilang.. dalam satu kedipan mata. Dan aku membenci itu.

Aku sendirian lagi. Semuanya hilang dengan 1 kedipan, keluarga ku harmonis tetapi itu dulu.. sebelum mereka membenci ku. Sebelum kejadian itu menjadi malapetaka bagi ku.

Drap

Aku berjalan menyusuri taman belakang rumah, menuju gazebo tempat dimana keluarga ku menunggu diri ku sambil bercanda gurau. “hai-hai semua nona baik hati nan cantik sudha datang!” Xeon menyerngit mendengar penuturan ku. “gak salah ni? Baik hati nan-cantik dari mana, jahat dan jelek kali yang bener” aku tak terima akan ucapan xeon, aku berlari menghampiri Xeon yang menghindari ku dengan berlari balik.

Kami berkejaran “XEON BERHENTI IIIHH JANGAN MENGHINDAR!!” “GAMAU NANTI XEON TERKENA

CUBITAN MAUT MU YANG SAKIT ITU!” Mama yang melihat tingkah laku kita memperingati agar segera berhenti agar tidak ada yang menjadi korban “Xeanne Xeon berhenti nak nanti ada yang jatuh.” Aku dan Xeon masihb belum mengindahkan perintah Mama sampai akhirnya ketika aku akan berhasil menggapai kerah Xeon yang menuju keluarga ku mereka menghilang.. dalam sekejap mata, mereka hilang kembali...

“Hilang lagi?”

“bahkan belum ada 1 jam, tapi kalian sudah pergi...” “Pertemuan ini melelahkan, aku mau pulang saja”

“Assalamualaikum, bunda lama tidak bertemu” aku tersenyum melihat bunda Amie yang merupakan pengasuh panti, ya yang kumaksud berpulang adalah pulang ke panti.. tempat setelah matahari ku membuangku, aku dipindahkan ke panti.

“Waalaikumussalam, sayang udah 3 minggu kamu ngga pulang, bunda kangen” ucap bunda sambil memeluk ku. “Kak anne!!” aku melepas pelukan bunda dan menoleh kepada dean, romi, shifa, zia yang merupakan anak-anak panti. Aku pun menghampiri mereka dan memeluk mereka “kita rindu sama kakak” “kakak juga rindu dengan kalian” balas ku.

--

Pagi ini aku bersantai di ruang makan, menyesapi teh yang kubuat. Didepan ku terdapat bunda Amie yang sedang menghidangkan sarapan.

“Xean..”

“iya bunda, kenapa?” Balas Ku. “Ann masih berjumpa dengan mereka?” “Setiap hari bunda, setiap hari Ann berjumpa dengan keluarga Ann, kita bercanda gurau, saling bercerita satu sama lain dan melalukan banyak hal.” Balas ku.

“Tapi jika kamu berjumpa dengan mereka terlalu sering, ini tidak bagus untuk kesehatan mu Ann.” Aku menyangkal ucapan bunda. “Tidak apa-apa bunda, selagi mereka tidak hilang selamanya Ann bahagia akan kehadiran mereka.” Aku tersenyum membalas ucapan bunda.

Tak dapat dipungkiri hati ku sesak membayangkan jika suatu saat mereka tidak ingin berjumpa dengan diriku kembali..

Hari itu hari dimana dunia ku runtuh, sudah retak susah akan dibuat kembali.

“Sudah siap semua?” Tanya bunda sambil mengeceki lagi barang yang kita bawa untuk liburan. “Sudah bun!!” Jawab kami serentak. Kami memasuki mobil dan bersiap untuk berangkat. Dalam perjalanan kami bercanda gurau sampai akhirnya.

Wush

Brak

Dak

Dek

Dung

Mobil kami terguling-guling ke samping sampai berubah menjadi posisi terbalik.

Tip

Tip

Aku mencoba membuka mata, menoleh kearah samping. Kulihat Xeon dan mama terbaring dengan badan penuh dengan darah serta dengan mata tertutup. Ku tolehkan kepala ku kearah depan, kulihat kondisi papa dan kak Andra sama dengan Xeon dan mama. Mereka menutup mata merek.. “Ma.. Pa.. Yon.. Kak Ello.. bangun buka mata kalian.” Mata ku memanas, aku menggoyangkan badan mereka tapi hasilnya nihil mereka tak mau membuka mata merek. “Hiks bangun hiks Ma, Pa, Kak, Yon hiks, jangan tinggalin Xean sendirian.” Aku menangis sambil mencoba mata ku tetap terbuka dibarengi orang-orang yang berdatangan bergerumbul menghampiri kami sebelum kesadaran ku direnggut secara perlahan.

Nit

Nit

Nit

Nit

Aku membuka mata dengan perlahan, mata ku mengamati sekitar ku, semua putih yang berarti sekarang aku berada di rumah sakit. Seketika aku teringat akan keluarga ku. Aku mencoba bangun bertepatan dengan dokter yang datang menghampiri ku. “Kondisi kamu sudah baikan, akan lebih baik jika beristirahat total dan tidak pergi kemana-mana.” Aku menggeleng mendengar penuturan dokter tersebut. “Tidak, aku tidak mau, aku mau melihat keluarga ku. Dimana mereka??” aku menjawab dengan berusaha turun dengan tergesa-gesa untuk mencoba pergi menemui kelurga ku.

Dokter Anggie, dokter yang menangani ku mencoba menahan ku akan tetapi akhirnya ia pasrah atas kekehan ku untuk pergi ke ruangan keluarga ku. “Baik jika kamu mau pergi ke keluarga kamu tapi saya minta kamu menetralisir pernapasan sebelum pergi ke ruangan mereka.” Jelas dokter Anggie. Aku yang tak ambil pusing pun mencoba melakukan apa yang dokter Anggie suruh kemudian setelah itu aku dipindahkan ke kursi roda oleh dokter Anggie yang dibantu suster karena kaki ku yang belum kuat menopang badan ku atas dampak kecelakaan yang aku alami beberala jam yang lalu.

Aku menuju ke arah ruangan keluarga ku yang dibantu suster untuk mendorong kursi roda dengan perasaan gelisah, ntah lah aku merasa ada sesuatu yang tidak enak.. dan ketika suster memberhentikan ku di ruangan jenazah aku mematung, otak ku berusaha mencerna dan sedetik kemudian aku menatap tak percaya. “Suster yang benar saja, suster salah tempatkan, ruangannya tidak disini, suster ayo bilang kalau kita belum sampai pada tujuan!!” suster hanya bisa menggeleng. “Benar nona ini tempatnya, ruangan keluarga nona, mereka sudah meninggal tepat ketika sedang kita coba untuk mengobati mereka akan tetapi tuhan berkehendak lain.” Aku tercenung, aku menjalankan kursi roda ku kearah keliarga ku. “K-kalian tidak akan meninggalkan aku kan? Ma.. Pa.. Kak.. Yon, NGGA KALIAN GAK MUNGKIN MENINGGALKAN AKU SENDIRIAN.” Aku meraung-raung tidak terimah semua anggota keluarga mu terbujur kaku.

Aku menghela nafas mengingat masa lalu tersebut.. masa lalj dimana dunia ku sudah berbeda. “Sayang.” tolehkan diriku kepada bunda Amie. “Ini sudah jadwalnya untuk kamu check up? Kita check up ya, untuk kebaikan kamu Ann” kata bunda lirih. “Baik bunda, Ann berganti baju dahulu.” Bunda Amie hanya mengangguk kepala.

--

Dalam perjalanan tidak ada percakapan diantara kita, sampai ditempat tujuan aku menghela napas melihat gedung didepan ku. “Ayo Ann.” Ajak bunda untuk memasuki gedung yang menganani pasien dengan gangguan mental, ya kita ke psikiater. Setelah mengantri giliran kita dipanggil, kami memasuki ruangan. Disana Bunda Amie memberikan gadget nya kepada psikiater dan psikiater tersebut pun memplay video yang sepertinya sudah dipersiapkan sebelum datang kesini. Ku intip video apa yang psikiater tersebut play dan setelah itu aku dan psikiater tersebut pun tercenung..

Kita tercenung dengan video yang diperlihatkan oleh bunda Amie, video memperlihatkan relay aktivitas ku dari tahun ke tahun termasuk aktivitas yang memperlihatkan ketika aku berjumpa dengan keluarga ku tetapi mengapa dalam video hanya ada aku yang mengoceh sendirian.. tidak ada keluarga ku disana. Otak ku blank aku tak dapat berpikir jernih saat ini.

Psikiater tersebut pun menghadap ke bunda Amie dan menyuruh ku untuk keluar terlebih dahulu, ia mengatakan “Apa yang kamu maksud Amie, Ann tak mengalami Trauma seperti apa yang dirasakan oleh Ann. I-ini.. ini.. bukan trauma melainkan waham ataupun delusi semata yang ia ciptakan karena menginginkan keluarga gang sesuai ekspektasi Ann.”

Previous
Previous

My Twin, My Best Friend

Next
Next

Terjangkit