Terjangkit

By : Efri Monica (XI MIPA 2)

Alex adalah kepala keluarga dari keluarga yang harmonis, yang terdiri dari Alex (Ayah), Sandrina (Ibu), Alissa (Adik perempuan), Monica (Kakak perempuan). Pada suatu hari Alex mengajak keluarga nya pergi ke kota Banyuwangi untuk melihat kambing qurban yang ia beli beberapa bulan lalu. Saat itu kondisi kota Surabaya sedang tidak ppkm, tetapi harus mematuhi protokol kesehatan jika keluar rumah.

Kami memilih perjalanan malam. Selama di perjalanan, Ibu, Alissa, dan Monica hanya tidur saja, sisa nya hanya bernyanyi dan melihat jalanan yang gelap. Perjalanan kami tempuh selama 7 jam menggunakan mobil pribadi.

Pukul sudah menunjukan jam 01.00 dini hari, kami melipir untuk beristirahat di SPBU yang sangat luas dan nyaman. “Kita istirahat di sini dulu ya, sebelum nanti ke rumah Eyang. Ini juga sudah larut malam, takut mengganggu Eyang istirahat dan kita akan ke rumah Eyang nanti pagi” ucap Alex pada saat sudah sampai di SPBU. Sandrina, Alissa dan Monica menyetujui Alex.

Beberapa menit kemudian Sandrina, Alissa dan Monica mulai bosan di dalam mobil saja. Kami memutuskan untuk keluar mobil dan duduk di kantin Rest Area itu. Sandrina memesan mie instan untuk makan malam kami bertiga, sejujur nya kami belum makan malam. Suasana di Rest Area SPBU itu sangat sepi sekali, hanya beberapa mobil yang ingin mengisi bahan bakar dan sekedar ke toilet.

Kantin pun sudah mau tutup, kami bergegas kembali ke mobil dan membayar mie instan tersebut lalu kami kembali masuk ke dalam mobil. Karena Alissa masih lapar, “Ibu… Alissa masih lapar, Alissa ingin makan makanan ini bu” minta Alissa sambil mengambil jajan yang ia mau.  Alissa ingin membuka jajan yang sudah kami siapkan sebelum berangkat dan itu sudah menjadi kebiasaan kami kalau perjalanan jauh harus membawa jajan untuk persediaan di dalam mobil agar tidak bosan dan mengantuk.

30 menit kemudian, Alex sudah bangun tapi Sandrina, Alissa, dan Monica terlelap setelah makan tadi. Tanpa sepengetahuan kami, Alex ternyata mengajak ke pantai yang sering ia kunjungi pada saat ia masih kerja di kota Banyuwangi. Sesampai sana, pantai masih sedikit gelap. Beberapa menit kemudian, matahari pun muncul. Itu sangat indah sekali. Sudah lama kami tidak melihat pemandangan seindah itu selama Indonesia terkena virus Covid-19. Kami mengabadikan momen itu dengan berfoto–foto.

Alissa dan Monica bermain bersama di tepi pantai yang masih menggunakan pakaian tidur. Ya, kami menggunakan pakaian yang sangat santai. Hanya menggunakan kaos dan celana piyama saja. Alissa dan Monica berlari kesana kemari, terlihat sangat senang sekali. Karena sudah lelah bermain di tepi pantai, Alissa dan Monica pun naik ke mobil untuk makan pagi dan tidak lupa untuk menyalakan lagu di speaker mobil. Setelah makan pagi, Alex dan Sandrina bersenam bersama dengan iringan lagu Sajojo. Kami menikmati pagi itu bersama, tidak peduli dengan orang-orang yang melihat kami yang sedikit berisik, itu kebahagiaan kami.

Setelah puas bermain di pantai, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Eyang. Sekitar 1 setengah jam di perjalanan, kami tiba di rumah Eyang. Kami membawa brownis untuk Eyang dari Surabaya. Eyang sudah mempersiapkan makan pagi untuk kami. Eyang menyiapkan berbagai macam makanan, mulai dari nasi, lauk, dan sayur. Setelah makan pagi, “nak… istirahat dulu di kamar, barang kali butuh istirahat sejenak di kasur” tawar Eyang kepada Alex. “Baik, saya izin ke kamar untuk beristirahat dulu ya. Terima kasih atas tawarannya” jawab Alex dan langsung pergi ke kamar.

Disana Eyang juga menunjukkan halaman rumah nya, karena Alissa dan Monica tidak pernah berkunjung ke rumah Eyang. Ternyata dulunya, di depan rumah Eyang ada pohon rambutan yang sangat besar dan pasti nya berbuah banyak sekali. Hampir setiap berbuah, Eyang selalu berbagi ke tetangga nya. Di samping rumah Eyang ada pohon pisang dan manga yang sedang berbuah. Eyang di Banyuwangi tinggal seorang diri, orang tua nya sudah lama meninggal dan saudari Eyang yang sering di panggil cucu - cucu nya Yangti, ia tinggal di Malang.

Setelah bermain dan beristirahat di rumah Eyang, kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju tempat kambing. Pemandangan selama perjalanan sangat indah, banyak sawah–sawah, pepohonan dan ternyata tempat kambing nya sedikit naik ke gunung. Hawanya sangat sejuk sekali, kami tidak menggunakan ac tetapi membuka jendela mobil.   

Saat nya kita pulang ke Surabaya. Diperjalanan pulang ke Surabaya, Ayah tiba-tiba merasa tidak enak badan. Ayah memutuskan untuk mampir ke tempat jual jamu, pikir nya agar badan sedikit enakan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya hingga malam.

4 hari kemudian, bukan malah membaik tapi badan Ayah lebih memburuk dari pada yang kami kirakan. Waktu itu juga di sekitar rumah kami banyak yang terjangkit COVID 19 juga dan badan Ibu juga sedikit tidak enak juga. 2 hari setelah itu, Ibu dan Ayah memutuskan untuk melakukan PCR dan hasil nya menyatakan positif COVID 19. Alissa dan Monica juga melakukan tes PCR, hasilnya positif COVID 19 juga tetapi tanpa gejala.

Setelah di ketahui positif COVID 19 kami memutuskan untuk karantina mandiri. Untuk makan nya, kami mendapatkan dari petugas yang di tugaskan untuk membagi makanan ke setiap warga yang positif COVID 19.

Minggu berikutnya, Ayah semakin memburuk. Nafas Ayah semakin berat, langkah Ayah tidak bisa cepat seperti biasanya. Ayah hanya bisa tidur di atas kasur. Beberapa hari kemudian setelah mendapatkan kamar rumah sakit, Ayah langsung berangkat ke rumah sakit tersebut. Di rumah sakit, Ayah memakai alat infus. Sedangkan Ibu, Alissa, Monica, di tawari oleh pihak puskesmas untuk karantina di Asrama Haji. Namun nihil, kami tidak jadi karantina di Asrama Haji. Karena kami sudah sehat.

Beruntung nya kami, dikelilingi orang orang baik yang perhatian dan sayang ke kami. Mulai dari keluarga, teman, maupun tetangga. Mereka semua mengirimkan kami makanan, vitamin, susu steril, dan masih banyak lagi. Beberapa minggu kemudian, kami di nyatakan sembuh (negative COVID 19). Kami senang bisa berkumpul bersama lagi. Terima kasih kepada keluarga, teman, dan tetangga yang sudah baik kepada keluarga Alex. Tidak tahu lagi bagaimana jika kami tidak di kelilingi orang–orang baik. Sekali lagi terima kasih sebanyak banyak nya.

Previous
Previous

Waham

Next
Next

Diriku Ada di cermin