Menjadi Guru “Gila”
Gila adalah sebuah kata yang tabu jika disematkan pada seseorang apalagi disandingkan dengan kata guru. Gila dalam bahasa formal yang berarti sakit jiwa dengan memiliki makna konotasi negatif kepada para pendengarnya. Hal ini berbeda dengan kata guru yang memiliki arti sebagai pengajar yang notabenenya memiliki makna yang mulia. Bagaimana hal ini dengan sebutan guru gila? Jangan berpikir makna harfiahnya lebih dulu, ya!
Guru gila yang dimaksud dalam hal ini bukan guru yang tidak waras, guru yang kehilangan akal sehat, atau guru yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa, bukan seperti itu, melainkan kali ini adalah guru yang gila dalam yang menjadikan siswa-siswi ketagihan belajar, gila dalam hal membuat siswa rindu akan bersekolah, gila akan hal-hal yang berupa teka-teki yang ingin dipecahkan bersama-sama. Kita berharap menjadi guru yang tidak semata-mata mementingkan materi saja, tetapi kita mementingkan kenyamanan siswa, keantusiasan siswa terhadap sekolah, dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran dari sudut pandang yang berbeda atau unik.
Berdasarkan pendapat Toto Tasmara (2006: 43) “Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh pengindraan (senses), orang-orang tertarik dan terpengaruh oleh penampilan.” Apabila hal ini dikaitkan dengan materi ini maka penampilan guru adalah hal yang utama yang diperhatikan oleh siswa saat dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Bisa jadi kita harus berpenampilan yang mengikuti gaya mereka bahkan berpenampilan yang sangat “nyentrik”.
Seorang guru harus berani mendobrak paradigma pembelajaran yang konvensional untuk beralih dan menjelma pembelajaran yang asik, fun, menarik, dan kekinian. Guru bukan hanya berambut klimis tersisir kebelakang, berbaju rapi tersetrika licin, atau bahkan berpakaian formal, melainkan harus mengerti kebutuhan apa yang akan dihadapi dalam kehidupan peserta didik yang akan datang, bagaimana mereka bisa menghargai orang lain, harus melakukan apa saat mereka tertimpa masalah, dan bagaimana menghadapi kegagalan dalam hidup mereka.
Maka dari itu, mulailah melakukan tanda kecil untuk menjadi guru gila, yakni:
1. Murah Senyum
“Senyuman adalah sedekah” ini yang diterapkan dalam agama Islam dan bisa menjadi langkah awal untuk mengenalkan bahwa kita akan memberikan kebaikan kepada siswa. Guru yang tersenyum dan ramah sangat disenangi siswa dibandingkan dengan guru yang mahal senyum dan berpenampilan sangar.
2. Masuk ke dalam dunia lain
Istilah pepatah “Jika harimau hendak menangkap domba, harimau akan berpenampilan seperti domba.” Sama halnya dalam dunia pendidikan. Seorang pengajar harus bisa memasuki dunia peserta didik agar bisa mengerti apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan, bahkan apa yang mereka keluhkan. Setelah chemistry muncul pada peserta didik, kita mengajak mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka, mewujudkan apa yang meraka inginkan, bahkan sebagai tempat bersandar curahan hati mereka sehingga pembelajaran akan terwujud dengan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan
3. Permainan lebih asyik daripada belajar
Ubahlah semua metode ceramah yang kuno dengan papan di depan dan peserta didik hanya sebagai pendengar setia ditempat duduknya masing-masing. Ubahlah dari hal yang kecil, mulai dari penataan bangku, ruangan, bahkan metode pembelajaran. Buatlah sebuah permainan yang menarik seperti melibatkan gambar, siswa menggerakkan seluruh anggota badannya, belajar di luar ruangan, dll.
4. Bahan ajar di luar kepala
Sering kita menemui guru saat menjelaskan materi selalu melihat buku, bahkan ada guru menghindar saat mereka kuwalahan dengan pertanyaan siswa-siswanya. pengajar tidak cukup hanya menyampaikan apa yang kita ketahui saja, tetapi harus berwawasan luas, mengaitkan materi bahan ajar pada kehidupan ini, menceritakan pengalaman menarik sesuai dengan tema materi. Memberikan motivasi kepada peserta didik.
5. Menjadi pelawak dadakan
Anda pernah melihat dosen yang terlalu serius dalam belajar? Pasti iya, apalgi siang-siang hari di jam tidur. Jangan mengajar yang terlalu serius sehingga membuat peserta didik Anda menguap di tengah pelajaran Anda. Selingilah dengan humor-humor ringan, ingat jangan terlalu berat karena Anda bukan pelawak. Buat mereka dapat mengatasi rasa mengantuknya dengan humor-humor ringan Anda.
Saya yakin semua guru bisa mengembangkan kemampuannya sebagai pengajar dengan banyak belajar, berlatih, dan bersedia meningkatkan kompetensi menjadi guru yang gila sehingga mereka dapat maksimal dalam kegiatan belajar dan mengajar. Akan tetapi, pada umumnya seorang guru di negara kita disibukkan dengan administrasi-asministrasi yang sedikit sekali memberikan kontribusi kemajuan pada peserta didik. Guru bukanlah pegawai bank yang disibukkan dengan adiministrasi-administrasi yang bahkan mengabaikan fungsi utamanya sebagai pengajar.