BALADEWA - Belajar Gamelan dengan Wayang

by : Nanang Pramono, S. Sn

Baladewa merupakan nama dari sebuah Sanggar Seni Tradisional dengan kepanjangan dari kalimat Belajar Gamelan dengan Wayang. Nama tersebut sesuai dangan apa yang diajarkan oleh Pelatih Sanggar Baladewa yang mengajarkan seni Karawitan (gamelan) dan Wayang Kulit. Adapun yang belajar dalam sanggar ini adalah para anak-anak usia mulai tingkat sekolah mulai dari SD hingga SMA. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kepada mereka Seni Budaya Wayang Kulit dan Seni Karawitan Jawa. Harapannya adalah agar anak - anak bisa mengerti kemudian mencintai selanjutnya mau memperdalam sehingga mereka dapat mempertahankan maupun mengembangkan seni budaya khususnya Gamelan (Karawitan) dan Wayang Kulit yang menjadi salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia.

Sanggar Baladewa ini mulai terbentuk pada bulan Juli 2010, tempat berlatih Sanggar Baladewa berada di gedung Sawungsari UPT Taman Budaya Jawa Timur setiap hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 14.00 sampai 17.00. Pada awalnya Sanggar Baladewa hanya terdiri dari enam siswa serta diasuh sendiri oleh Hario Widyoseno dan materi yang diajarkan hanya Seni Pedalangan saja. Setelah ada teman yang membantu yaitu Nanang Pramono, Ipung Indarta dan Sriyati maka materi ajarnya ditambah dengan mempelajari Seni Karawitan. Adapun materi karawitannya lebih mengutamakan materi Iringan Pedalangan. Dengan pertimbangan seorang dalang sebaiknya bisa menabuh gamelan untuk mempermudah dalam mempelajari suluk dan dalam memulai maupun memberhentikan Gending yang sedang berjalan.

Dengan adanya empat pelatih sanggar maka untuk materi pembelajaran tentang Pedhalangan dibiming oleh Hario Widyaseno dan Ipung Indarta sedangkan materi latihan menabuh Gamelan oleh Nanang Pramono dan materi vokal dibimbing oleh Sriyati. Dari ke tiga pelatih yaitu Hario Widyaseno, Ipung Indarta dan Sriyati merupakan lulusan dari ISI Surakarta dan Nanang pramono lulusan ISI Yogyakarta. Seiring bertambahnya waktu sanggar Baladewa mulai dikenal baik oleh kalangan masyarakat Surabaya dan sekitarnya dengan adanya siswa yang berasal dari luar Surabaya yaitu dari wilayah Kabupaten Gresik dan Sidoarjo.

Dengan prestasi yang diperoleh Sanggar Baladewa mulai dari tingkat kota maupun nasional baik lomba Pedhalangan maupun Karawitan, membuat sanggar Baladewa dikenal sampai tingkat Nasional. Adanya prestasi tersebut dapat membantu para anak didik dalam melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dengan adanya jalur prestasi. Hal ini yang juga menjadi salah satu daya tarik bagi murid  maupun orang tua murid memasukkan putra atau putrinya ke sanggar Baladewa di samping memang anak tersebut memang kepingin menyalurkan bakat dan minatnya dalam hal menabuh gamelan maupun bermain wayang.

Materi yang diajarkan oleh Sanggar Baladewa menyesuaikan dengan dunia anak contohnya lakon Timus Emas, Kancil dan Buaya, Suman Ketangsang, Dewa Ruci dan lain-lainya. Isi cerita dalam lakon-lakon tersebut merupakan hasil dari ide para pelatih dengan tujuan supaya anak anak dapat mengambil nasihat yang terkandung dalam isi cerita Wayang. Dalam penyajiannya Sanggar Baladewa menghindari lakon cerita dengan tema percintaan. Menurut Hario Widyaseno “ arek- arek durung wancine ngakokake lakon rabi.” Yang maksud dari perkataan tersebut adalah “ anak-anak belum waktunya menampilkan tema pernikahan.” Alasan kenapa lakon tersebut belum waktunya diajarkan pada anak-anak adalah dalam penampilannya seorang dalang harus dapat mendalami dan mengahayati semua karakter maupun suasana dari setiap pertunjukannya.

Kalau lakon percintaan diajarkan kepada anak-anak mereka tentunya belum bisa menyajikan dengan baik. Karena anak-anak tersebut tentunya belum mengetahui rasa suka terhadap lawan jenisnya dan jangan sampai anak-anak itu mengetahui tentang percintaan dengan lawan jenisnya sebelum waktunya. Dalam fungsinya gamelan menjadi pengiring, maka materi musik gamelan yang diajarkan di Sanggar Baladewa juga selalu dituntut bisa menyesuwaikan dengan dunia anak. Ada banyak gending yang diaransemen ulang oleh Nanang Pramono selaku pelatih karawitannya, contohnya: lagu Naik Delman, Balonku Ada Lima, Gugur Gunung, Lintang Sumebyar, Lepetan dan lain-lainya yang dapat dikelompokan dalam lagu dolanan anak. Dalam materi iringan Sanggar Baladewa lebih banyak membuat iringannya sendiri dari pada menggunakan iringan yang sudah umum dalam sajian wayang kulit. Hal itu juga menjadi salah satu daya tarik dan tantangan bagi anak – anak yang benar benar ingin belajar wayang gamelan dan wayang di Sanggar Baladewa.

Hubungan sosial antara warga sanggar Baladewa sangat baik, hal itu dapat dibuktikan dengan seringnya anak-anak pada waktu hari libur bergantian menginap di rumah teman-temannya. Sehingga hubungan anak-anak yang akrab dapat menjadikan hubungan orang tua mereka juga menjadi akrab. Keakraban tersebut sangat terasa sekali ketika di sanggar mengadakan sebuah kegiatan, baik anak- anak maupun orang tua selalu bergotong royong agar acara yang diadakan tersebut bisa berjalan dengan lancar dan baik. Para warga sanggar Baladewa tidak segan- segan mengorbankan baik waktu, tenaga maupun materi demi keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan oleh sanggar. Hal itu mereka lakukan, karena merasa putra maupun putrinya mengikuti kegiatan yang positif dan di samping itu juga prestasi serta perubahan positif pada karakter putra maupun putrinya selama bergabung di dalam sanggar Baladewa.

Previous
Previous

Studi Literatur Keefektifan Tandon Kosong Kelapa Sawit dan Serut Gergaji Sangon Laut sebagai Bahan Alternatif Papan Partikel

Next
Next

PENERAPAN STRATEGI MULTIPLE REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA MATERI BENTUK MOLEKUL